Senin, 12 November 2012

TEORI PEMBELAJARAN METEMATIKA SD






Dalam pembahasan pelajaran ini ada beberapa teori pembelajaran matematika yang mampu menentukan pendekatan pemubelajaran metematika di SD yang tepat, efektif, dan menyenangkan belajar matematika.   

1.      TEORI PEMBELAJARAN PIAGET.
    Pada umumnya anak SD yang berumur sekitar 6-12 tahun menurut Piaget, anak seumur ini berada pada periode oprasi konkret sebab berpikir logiknya di dasarkan pada manipulasi fisik objek-objek konkret dan masih berpikir abstarak yang masih membutuhkan bantuan memanipulasi obyek-obyek konkret yang langsung di alaminya.
Dalam belajar menurut Piaget, struktur kognitif yang dimiliki seorang terjadi karena proses asimilasi dan akomodasi, Asimilasi adalah proses mendapatkan informasi dan pengalaman baru yang langsung menyatu denagan struktur mental, sedangkan akomodasi adalah proses menstuktur kembali mental sebagai akibat adanya informasi dan pengalaman baru. Jadi belajar tidak hanya menerima informasi dan pengalaman lama yang dimiliki anak didik untuk mengakomodasi informasi dan pengalaman baru. Yang diperlu perhatikan pada tahap oprasi konkrert agar mempermudah anak didik dalam memahami konsp-konsp matematika.
Menurut piaget, perkembangan belajar matematika anak melalui 4 tahap yaitu tahap konkret, semi konkret, semi abstrak, dan abstrak, pada tahap konkret kegiatan yang dilakukan anak adalah unutuk mendapatkan pengalaman langsung. Pada tahap semikonkret sudah ti8dak perlu memanipulasi konkret, tetapi melalui dengan gambaran dari objek yang di maksud. Kegiatan yang di lakukan anak pada tahap semi abstrak memani pulasi atau melihat benda sebagai ganti gambar untuk dapat berpikir abstrak, sedangkan pda tahap abstrak anak sudah mampu berpikir secara tanpa kaitan dengan objek-objek konkret.

2.      TEORI PEMBELAJARAN BRUNNER.
                     Menurut Brunner belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi dan serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan strukturstruktur matematika. Menurut Brunner belajar selalu memulai dengan memusatkan manipulasi material, di sini anak didik dalam belajar harus terlibat aktif mentalnya yang dapat diperlihatkan dari keaktifan fisiknya. Brunner melukiskan anak-anak berkembang melalui 3 tahap perkembangan mental yaitu;
        
A.Tahap Enaktif.
      Pada tahap inidalam belajar anak didik menggunakan atau memanipulasi objek-objek konkret se4cara langsng.
B. Tahap Ikonik
      Pda tahap ini kegiatan ank didik akan menyangkut mental yang merupakan gambaran objek-objek konkret.
C. Tahap Simbolik.
      Tahap ini merupakan tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi ada kaitannya dengan objek-objek.

Beberapa teori menurut bruner yaitu :
Ø   Dalil penyusunan
          menurut dalil penyusunan siswa selalu ingin mempunyai kemampuan menguasai definisi, teorema, konsep dan kemampuan matematis lainnya.
Ø   Dalil notasi
         Dalil notasi menyatakan bahwa dalam penyajian konsep sangat memegang peranan yang sangat penting, penggunaan notasi dalam menyatakan konsep matematis tertentu harus disesuaikan dengan perkembangan anak didik.
Ø   Dalil pengkonterasan dan keanekaragaman
         Pemgkontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam melakukan pengubahan konsep matematika dari konsep konkret menjadi konsep yang lebih abstrak, untuk melakukan itu diperlukan banyak contoh dan keanekaragaman, sehingga anak memahami karakteristik konsep yang sipelajari.
Ø  Dalil pengaitan
          Dalil pengaitan menatakan bahwa antara konsep matematika yang satu dengan konsep yang lainya sangat erat baik dari segi isi maupun dari penggunaan rumus-rumus.

3.      TEORI PEMBELAJARAN DIENES
Menurut dienes perkembangan konsep matematika dapat dicapai melalui pola berkelanjutan, yang setiap seri dalam rangkaian kegiatan belajarnya berjalan dari yang konkret ke simbolik. Menurut dienes permainan matematika sangat penting sebab opresi matematika dalam permainan matematika dapat menunjukan aturan secara konkret dan lebih membimbing dan menajamkan pengerian matematika pada anak didik. Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi enam tahap yaitu :
a.       permainan bebas
      Permainan bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktifitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan, anak didik diberi kebebasan untuk mengatur benda selama permainan pengetahuan anak muncul. Dalam tahap ini anak mulai belajar membentuk struktur mental dan struktur sikap dalam mempersiapkan diri untuk memahami konsep.
b.      permainan yang disertai aturan (games)
      Anak didik mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat atau tidak terdapat dalam konsep matematika tertentu dan pada tahap ini anak didik juga sudah mengapstraksikan konsep.
c.       permainan kesamaan sifat.
      Disini anak mulai diarahkan dalam kegiatan untuk mencari sifat-sifat yang sama dari pemainan yang sedang diikuti.
d.      resentasi
      Adalah tehap pengambilan kesamaan sifat dari beberapa situasi yang sejenis. Para anak didik menenukan  representasi dari konsep-konsep tertentu.
e.       simbolisasi
      Adalah tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan merumuskan representasi dari setiap konsep-konsep dengan menggunakan simbol matematika atau melalui perumusan verbal.


f.       formalisasi
      Tahap ini adalah tahap belajar konsep yang terakhir,tahap ini anak didik dituntut untuk merumuskan-sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru rumua baru tersebut. Dienes berpendapat bahwa materi harus menyatakan dalam berbagai penyajian sehungga anak-anak dapat bermain dengan bermacam-macam material yang dapat mengembangkan anak didik.

4.      TEORI PEMBELAJARAN BROWNELL
          Menurut brownell hakikat belajar adalah merupakan suatu proses yang bermakna, dan belajar matematika harus merupakn belajar bermakna dan pengertian. Menurut teori makna anak didik harus mengemukakan makna dari topoik yang sedang dipelajari.brownell mengemukakanbvahwa kemampuan mendemonstrasikan oprasi-oprasi hitung secara otomatis dan mekanis.

5. TEORI PEMBELAJARAN THORNDIKE
        Teori belajar ini disebut juga koneksionisme yang mengatakan bahwa pada hakikatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Terdapat beberapa dalil atau hukum belajar meliputi:

a) Hukum Kesiapan (Law of Readiness) menerangkan bagaimana kesiapan seorang anak dalam melakukan suatu kegiatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seorang anak akan lebih berhasil belajarnya, jika ia telah siap untuk melakukan kegiatan belajar.

b) Hukum Latihan (Law of exercise) menyatakan bahwa jika hubungan stimulus respon sering terjadi, akibatnya hubungan akan semakin kuat, sedangkan makin jarang hubungan stimulus-respon dipergunakan, maka makin lemah hubungan yang terjadi. Prinsip utama belajar adalah pengulangan, makin sering suatu konsep matematika diulangi, maka semakin dikuasailah konsep matematika tersebut.

c) Hukum Akibat (Law of Effect) menjelaskan bahwa hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.

Aplikasinya dalam pembelajaran matematika meliputi:

1.   Guru harus tahu apa yang akan diajarkan, materi apa yang harus diberikan, respon apa yang diharapkan, kapan harus memberi hadiah atau membetulkan respon. Oleh karena itu tujuan pendidikan harus dirumuskan dengan jelas.

2.   Tujuan pendidikan masih dalam batas kemampuan belajar peserta didik. Dan terbagi dalam unit-unit sedemikian rupa sehingga guru dapat menerapkan bermacam-macam situasi.

3.   Agar peserta didik dapat mengikuti pelajaran, proses belajar harus bertahap dari yang sederhana sampai yang kompleks.

4.   Dalam belajar motivasi tidak begitu penting karena yang terpenting adalah adanya respon yang benar terhadap stimulus.

5.   Peserta didik yang telah belajar dengan baik harus diberi hadiah dan bila belum baik harus segera diperbaiki.

6.   Situasi belajar harus dibuat menyenangkan dan mirip dengan kehidupan dalam masyarakat.

7.   Materi pelajaran harus bermanfaat bagi peserta didik untuk kehidupan anak kelak setelah keluar dari sekolah.
 
8.   Pelajaran yang sulit, yang melebihi kemampuan anak tidak akan meningkatkan kemampuan penalarannya.

         Kelebihan dari Teori S-R dari Thorndike yaitu dengan sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan, anak didik akan memiliki sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu dengan adanya sistem pemberian hadiah, akan membuat anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Kekurangan dari Teori S-R dari Thorndike yaitu kegiatan yang terlalu sering dilakukan, akan membuat anak didik merasa jenuh yang mungkin saja dapat mengakibatkan dia merasa enggan untuk mencobanya lagi. Selain itu dengan adanya sistem pemberian hadiah akan membuat ketergantungan pada anak didik dalam melakukan sebuah kegiatan.

6.TEORI PEMBELAJARAN SKINNER.
            Teori ini mengatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar, ganjaran merupakan proses yang sifatnya mengembirakan dan merupakan tingkah laku yang sifatnya subjektif.
            Skinner juga berpendapat bahwa penguatan di bagi atas dua bagian yaitu; penguatan positif dan negatif, penguatan merupakan stimulus positif jika penguatan tersebut sering dengan meningkatnya perilaku anak didik dalam melakukan pengulangan perilaku tersebut. Jadi penguatan yang di berikan kepada anak didik memperkuat tindakan anak didik, sehingga anak didik cendrung untuk sering melakukannya.        












KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunianya kami bisa menyelesaikan tugas  makalah  ini dengan baik,
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami menerima kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dengan selesainya makalah ini, saya berterima kasih kepada dosen pembimbing yaitu ibu Dra. DARNI JAFAR S.Pd yang telah menuntun  kami dalam menyelesaikan tugas kelompok ini.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar