Dalam pembahasan pelajaran ini ada beberapa teori pembelajaran
matematika yang mampu menentukan pendekatan pemubelajaran metematika di SD yang
tepat, efektif, dan menyenangkan belajar matematika.
1.
TEORI PEMBELAJARAN PIAGET.
Pada umumnya anak SD yang
berumur sekitar 6-12 tahun menurut Piaget, anak seumur ini berada pada periode
oprasi konkret sebab berpikir logiknya di dasarkan pada manipulasi fisik
objek-objek konkret dan masih berpikir abstarak yang masih membutuhkan bantuan
memanipulasi obyek-obyek konkret yang langsung di alaminya.
Dalam belajar menurut Piaget, struktur kognitif yang dimiliki seorang
terjadi karena proses asimilasi dan akomodasi, Asimilasi adalah proses
mendapatkan informasi dan pengalaman baru yang langsung menyatu denagan
struktur mental, sedangkan akomodasi adalah proses menstuktur kembali mental
sebagai akibat adanya informasi dan pengalaman baru. Jadi belajar tidak hanya
menerima informasi dan pengalaman lama yang dimiliki anak didik untuk mengakomodasi
informasi dan pengalaman baru. Yang diperlu perhatikan pada tahap oprasi
konkrert agar mempermudah anak didik dalam memahami konsp-konsp matematika.
Menurut piaget, perkembangan belajar matematika anak melalui 4 tahap
yaitu tahap konkret, semi konkret, semi abstrak, dan abstrak, pada tahap
konkret kegiatan yang dilakukan anak adalah unutuk mendapatkan pengalaman
langsung. Pada tahap semikonkret sudah ti8dak perlu memanipulasi konkret,
tetapi melalui dengan gambaran dari objek yang di maksud. Kegiatan yang di
lakukan anak pada tahap semi abstrak memani pulasi atau melihat benda sebagai
ganti gambar untuk dapat berpikir abstrak, sedangkan pda tahap abstrak anak
sudah mampu berpikir secara tanpa kaitan dengan objek-objek konkret.
2.
TEORI PEMBELAJARAN BRUNNER.
Menurut
Brunner belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi dan serta mencari
hubungan antara konsep-konsep dan strukturstruktur matematika. Menurut Brunner
belajar selalu memulai dengan memusatkan manipulasi material, di sini anak
didik dalam belajar harus terlibat aktif mentalnya yang dapat diperlihatkan
dari keaktifan fisiknya. Brunner
melukiskan anak-anak berkembang melalui 3 tahap perkembangan mental yaitu;
A.Tahap Enaktif.
Pada
tahap inidalam belajar anak didik menggunakan atau memanipulasi objek-objek
konkret se4cara langsng.
B. Tahap Ikonik
Pda
tahap ini kegiatan ank didik akan menyangkut mental yang merupakan gambaran
objek-objek konkret.
C. Tahap Simbolik.
Tahap
ini merupakan tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada
lagi ada kaitannya dengan objek-objek.
Beberapa teori menurut bruner yaitu :
Ø Dalil penyusunan
menurut dalil penyusunan siswa selalu ingin mempunyai kemampuan
menguasai definisi, teorema, konsep dan kemampuan matematis lainnya.
Ø Dalil notasi
Dalil notasi menyatakan bahwa dalam penyajian konsep sangat memegang
peranan yang sangat penting, penggunaan notasi dalam menyatakan konsep
matematis tertentu harus disesuaikan dengan perkembangan anak didik.
Ø Dalil pengkonterasan dan keanekaragaman
Pemgkontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam melakukan
pengubahan konsep matematika dari konsep konkret menjadi konsep yang lebih
abstrak, untuk melakukan itu diperlukan banyak contoh dan keanekaragaman,
sehingga anak memahami karakteristik konsep yang sipelajari.
Ø Dalil pengaitan
Dalil pengaitan menatakan bahwa antara konsep matematika yang satu
dengan konsep yang lainya sangat erat baik dari segi isi maupun dari penggunaan
rumus-rumus.
3. TEORI PEMBELAJARAN DIENES
Menurut dienes perkembangan konsep
matematika dapat dicapai melalui pola berkelanjutan, yang setiap seri dalam
rangkaian kegiatan belajarnya berjalan dari yang konkret ke simbolik. Menurut
dienes permainan matematika sangat penting sebab opresi matematika dalam
permainan matematika dapat menunjukan aturan secara konkret dan lebih
membimbing dan menajamkan pengerian matematika pada anak didik. Dienes membagi
tahap-tahap belajar menjadi enam tahap yaitu :
a. permainan bebas
Permainan
bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktifitasnya tidak berstruktur dan
tidak diarahkan, anak didik diberi kebebasan untuk mengatur benda selama
permainan pengetahuan anak muncul. Dalam tahap ini anak mulai belajar membentuk
struktur mental dan struktur sikap dalam mempersiapkan diri untuk memahami
konsep.
b. permainan yang disertai aturan
(games)
Anak
didik mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat atau tidak
terdapat dalam konsep matematika tertentu dan pada tahap ini anak didik juga
sudah mengapstraksikan konsep.
c. permainan kesamaan sifat.
Disini
anak mulai diarahkan dalam kegiatan untuk mencari sifat-sifat yang sama dari
pemainan yang sedang diikuti.
d. resentasi
Adalah
tehap pengambilan kesamaan sifat dari beberapa situasi yang sejenis. Para anak
didik menenukan representasi dari
konsep-konsep tertentu.
e. simbolisasi
Adalah
tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan merumuskan representasi dari
setiap konsep-konsep dengan menggunakan simbol matematika atau melalui
perumusan verbal.
f. formalisasi
Tahap
ini adalah tahap belajar konsep yang terakhir,tahap ini anak didik dituntut
untuk merumuskan-sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru
rumua baru tersebut. Dienes berpendapat bahwa materi harus menyatakan dalam
berbagai penyajian sehungga anak-anak dapat bermain dengan bermacam-macam
material yang dapat mengembangkan anak didik.
4. TEORI PEMBELAJARAN BROWNELL
Menurut brownell hakikat belajar adalah merupakan suatu proses yang
bermakna, dan belajar matematika harus merupakn belajar bermakna dan
pengertian. Menurut teori makna anak didik harus mengemukakan makna dari topoik
yang sedang dipelajari.brownell mengemukakanbvahwa kemampuan mendemonstrasikan
oprasi-oprasi hitung secara otomatis dan mekanis.
5.
TEORI PEMBELAJARAN THORNDIKE
Teori belajar ini disebut juga koneksionisme yang mengatakan bahwa pada hakikatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Terdapat beberapa dalil atau hukum belajar meliputi:
Teori belajar ini disebut juga koneksionisme yang mengatakan bahwa pada hakikatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Terdapat beberapa dalil atau hukum belajar meliputi:
a) Hukum Kesiapan (Law of Readiness) menerangkan bagaimana kesiapan seorang anak dalam melakukan suatu kegiatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seorang anak akan lebih berhasil belajarnya, jika ia telah siap untuk melakukan kegiatan belajar.
b) Hukum Latihan (Law of exercise) menyatakan bahwa jika hubungan stimulus respon sering terjadi, akibatnya hubungan akan semakin kuat, sedangkan makin jarang hubungan stimulus-respon dipergunakan, maka makin lemah hubungan yang terjadi. Prinsip utama belajar adalah pengulangan, makin sering suatu konsep matematika diulangi, maka semakin dikuasailah konsep matematika tersebut.
c) Hukum Akibat (Law of Effect) menjelaskan bahwa hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.
Aplikasinya dalam pembelajaran matematika meliputi:
1. Guru harus tahu apa yang akan diajarkan, materi apa yang harus diberikan, respon apa yang diharapkan, kapan harus memberi hadiah atau membetulkan respon. Oleh karena itu tujuan pendidikan harus dirumuskan dengan jelas.
2. Tujuan pendidikan masih dalam batas kemampuan belajar peserta didik. Dan terbagi dalam unit-unit sedemikian rupa sehingga guru dapat menerapkan bermacam-macam situasi.
3. Agar peserta didik dapat mengikuti pelajaran, proses belajar harus bertahap dari yang sederhana sampai yang kompleks.
4. Dalam belajar motivasi tidak begitu penting karena yang terpenting adalah adanya respon yang benar terhadap stimulus.
5. Peserta didik yang telah belajar dengan baik harus diberi hadiah dan bila belum baik harus segera diperbaiki.
6. Situasi belajar harus dibuat menyenangkan dan mirip dengan kehidupan dalam masyarakat.
7. Materi pelajaran harus bermanfaat bagi peserta didik untuk kehidupan anak kelak setelah keluar dari sekolah.
8. Pelajaran yang sulit, yang melebihi kemampuan anak tidak akan meningkatkan kemampuan penalarannya.
Kelebihan dari Teori S-R dari Thorndike yaitu dengan sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan, anak didik akan memiliki sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu dengan adanya sistem pemberian hadiah, akan membuat anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Kekurangan dari Teori S-R dari Thorndike yaitu kegiatan yang terlalu sering dilakukan, akan membuat anak didik merasa jenuh yang mungkin saja dapat mengakibatkan dia merasa enggan untuk mencobanya lagi. Selain itu dengan adanya sistem pemberian hadiah akan membuat ketergantungan pada anak didik dalam melakukan sebuah kegiatan.
6.TEORI PEMBELAJARAN
SKINNER.
Teori ini mengatakan bahwa ganjaran
atau penguatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar,
ganjaran merupakan proses yang sifatnya mengembirakan dan merupakan tingkah
laku yang sifatnya subjektif.
Skinner juga berpendapat bahwa
penguatan di bagi atas dua bagian yaitu; penguatan positif dan negatif,
penguatan merupakan stimulus positif jika penguatan tersebut sering dengan
meningkatnya perilaku anak didik dalam melakukan pengulangan perilaku tersebut.
Jadi penguatan yang di berikan kepada anak didik memperkuat tindakan anak
didik, sehingga anak didik cendrung untuk sering melakukannya.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karunianya kami bisa menyelesaikan tugas makalah
ini dengan baik,
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami menerima kritik dan
saran yang membangun agar makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dengan selesainya makalah
ini, saya berterima kasih kepada dosen pembimbing yaitu ibu Dra. DARNI JAFAR S.Pd yang telah
menuntun kami dalam menyelesaikan tugas
kelompok ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar